January, 19th 2010
Seorang anak bertanya kepada temannya,
“ mana yang akan engkau pilih, menunggu ia menyapa mu, atau menyapanya terlebih dulu? “
Lalu sang teman menjawab,
“ apa kau ingin bernasib sama seperti ku? Sapa lah ia terlebih dulu walau itu hanya sekedar senyum. Jangan kau membiarkannya lewat begitu saja. Aku pernah melakukan hal seperti ini. Berharap bahwa ia akan menyapa ku terlebih dulu. Tapi ternyata, ia lewat begitu saja. Itu lebih menyakitkan. “
“ apa kau ingin bernasib sama seperti ku? Sapa lah ia terlebih dulu walau itu hanya sekedar senyum. Jangan kau membiarkannya lewat begitu saja. Aku pernah melakukan hal seperti ini. Berharap bahwa ia akan menyapa ku terlebih dulu. Tapi ternyata, ia lewat begitu saja. Itu lebih menyakitkan. “
Seorang anak berkata kembali,
“ engkau suka kepadanya ya? “
“ engkau suka kepadanya ya? “
Lalu sang teman menjawab kembali,
“ iya, begitu dalam rasa ku kepada nya, dan itu baru kusadari. Aku menyesal tak menerimanya ketika ia menyatakan perasaannya kepada ku. “
“ iya, begitu dalam rasa ku kepada nya, dan itu baru kusadari. Aku menyesal tak menerimanya ketika ia menyatakan perasaannya kepada ku. “
Seorang anak bertanya kembali.
“ kenapa seperti itu? Kau bilang kau suka padanya? “
“ kenapa seperti itu? Kau bilang kau suka padanya? “
Lalu sang teman menjawab kembali,
“ iya, dan ku bilang bahwa aku baru menyadarinya. Ketika itu, aku bimbang. Padahal aku pernah meminta kepada tuhan untuk mengirimkan cinta pertamaku untuk orang yang tuhan sayang. Aku tau bahwa itu orangnya. Tapi aku menyiakannya. “
“ iya, dan ku bilang bahwa aku baru menyadarinya. Ketika itu, aku bimbang. Padahal aku pernah meminta kepada tuhan untuk mengirimkan cinta pertamaku untuk orang yang tuhan sayang. Aku tau bahwa itu orangnya. Tapi aku menyiakannya. “
Seorang anak bertanya kembali,
“ lalu, bagaimana perasaanmu sekarang? “
“ lalu, bagaimana perasaanmu sekarang? “
Lalu sang teman menjawab kembali untuk sekian kalinya,
“ sangat menyesal dan diliputi rasa kesedihan jika aku melihatnya. Aku merasa bersalah kepada semuanya, kepada ia dan tuhan. Mungkin sekarang, aku lagi diberikan ujian dari tuhan. “
“ sangat menyesal dan diliputi rasa kesedihan jika aku melihatnya. Aku merasa bersalah kepada semuanya, kepada ia dan tuhan. Mungkin sekarang, aku lagi diberikan ujian dari tuhan. “
Seorang anak bertanya untuk terakhir kalinya,
“ maksudmu? “
“ maksudmu? “
Lalu sang teman pun menjawab kembali,
“ ia menghindar dariku, ia terlihat begitu sibuk, hingga akhir-akhir ini, aku jarang melihatnya. Ini balasan dari tuhan juga, karena aku dulu selalu menghindar darinya. Engkau perlu tahu, rangkullah orang yang menyayangimu saat ia masih disisi mu, peluk erat selagi masih bersamamu. Kenanglah masa-masa indah bersamanya. Karena kamu akan benar-benar sadar betapa kamu sangat menyayanginya ketika ia telah pergi.“
“ ia menghindar dariku, ia terlihat begitu sibuk, hingga akhir-akhir ini, aku jarang melihatnya. Ini balasan dari tuhan juga, karena aku dulu selalu menghindar darinya. Engkau perlu tahu, rangkullah orang yang menyayangimu saat ia masih disisi mu, peluk erat selagi masih bersamamu. Kenanglah masa-masa indah bersamanya. Karena kamu akan benar-benar sadar betapa kamu sangat menyayanginya ketika ia telah pergi.“
Seorang anak berkata,
“ sungguh kalimat yang bijak. Kan selalu ku ingat kalimat itu. Terimakasih. Percayalah, jika seseorang tersebut sungguh-sungguh mencintaimu, maka ia tak akan melupakan mu secepat itu. Dia akan selalu melindungimu dari jauh tanpa engkau sadari. Tetapi jika tidak, engkau sangat beruntung karena tidak menerimanya. “
“ sungguh kalimat yang bijak. Kan selalu ku ingat kalimat itu. Terimakasih. Percayalah, jika seseorang tersebut sungguh-sungguh mencintaimu, maka ia tak akan melupakan mu secepat itu. Dia akan selalu melindungimu dari jauh tanpa engkau sadari. Tetapi jika tidak, engkau sangat beruntung karena tidak menerimanya. “
Lalu sang teman pun berkata juga,
“ terimakasih “
“ terimakasih “
January, 20th 2010
Seorang anak menyapa temannya,
“ hi, bagaimana kabar mu? “
Lalu sang teman menjawab,
“ lebih baik dari kemarin. Bagaimana dengan kamu? Apa kamu sudah mencoba untuk menyapanya? “
“ lebih baik dari kemarin. Bagaimana dengan kamu? Apa kamu sudah mencoba untuk menyapanya? “
Seorang anak menjawab,
“ belum, aku belum bertemu dengannya hari ini. “
“ belum, aku belum bertemu dengannya hari ini. “
Lalu sang teman bertanya kembali,
“ kalian satu sekolah kan? Lantas, kenapa kau tidak menemuinya? “
“ kalian satu sekolah kan? Lantas, kenapa kau tidak menemuinya? “
Seorang anak menjawab,
“ kami tidak sekelas. Sepertinya, sama denganmu, ia terlihat menghindar dariku. Oh.. sudahlah, jangan membahas masalahku lagi. Bagaimana denganmu? Katamu, kau lebih baik dari kemarin? Apakah sudah ada kabar darinya? “
“ kami tidak sekelas. Sepertinya, sama denganmu, ia terlihat menghindar dariku. Oh.. sudahlah, jangan membahas masalahku lagi. Bagaimana denganmu? Katamu, kau lebih baik dari kemarin? Apakah sudah ada kabar darinya? “
Lalu sang teman pun menjawab,
“ secara fisik, aku memang baik, tapi, mentalku tertekan. Engkau tau, dia mencoba untuk melupakan ku. “
“ secara fisik, aku memang baik, tapi, mentalku tertekan. Engkau tau, dia mencoba untuk melupakan ku. “
Seorang anak berkata,
“ aku tau bagaimana perasaan mu sekarang. Aku pernah mengalami hal seperti ini. Mirip denganmu. Ketika itu, aku sering sms an dengannya. Dia motivator ku, dia begitu baik pada ku, dan juga, dia begitu sopan dan pengertian. “
“ aku tau bagaimana perasaan mu sekarang. Aku pernah mengalami hal seperti ini. Mirip denganmu. Ketika itu, aku sering sms an dengannya. Dia motivator ku, dia begitu baik pada ku, dan juga, dia begitu sopan dan pengertian. “
Lalu sang teman pun bertanya,
“ kau menyukainya ya? “
Seorang anak menjawab,
“ iya. Tapi mungkin, dia tidak menyadari kalau aku juga suka padanya. “
“ iya. Tapi mungkin, dia tidak menyadari kalau aku juga suka padanya. “
Lalu sang teman pun bertanya,
“ lelaki itu, apakah suka padamu juga? “
“ lelaki itu, apakah suka padamu juga? “
Seorang anak menjawab,
“ iya, tapi kurasa itu dulu. Aku bisa merasakannya bahwa ia mencoba melupakan ku. “
“ iya, tapi kurasa itu dulu. Aku bisa merasakannya bahwa ia mencoba melupakan ku. “
Lalu sang teman berkata,
“ kisah kita memang sama. Aku bisa menarik kesimpulan sekarang. Kita harus bangkit. Tidak boleh menangis lagi. Kau tau, bantal ku selalu basah ketika hendak tidur. Aku terus memikirkannya. Dan akhirnya, jatuhlah air mataku ini. “
“ kisah kita memang sama. Aku bisa menarik kesimpulan sekarang. Kita harus bangkit. Tidak boleh menangis lagi. Kau tau, bantal ku selalu basah ketika hendak tidur. Aku terus memikirkannya. Dan akhirnya, jatuhlah air mataku ini. “
Seorang anak pun berkata,
“ aku setuju denganmu, kawan “
“ aku setuju denganmu, kawan “
Begitulah dua orang sahabat itu terlihat untuk terakhir kalinya. Pancaran wajah ceria dengan tawa yang begitu lepas. Aku iri ketika melihat mereka selalu berkumpul ditaman dan saling bertukar cerita. Itulah alasanku datang selalu ke taman ini. Akhir-akhir ini, aku tidak pernah melihat kedua orang sahabat itu lagi. Biarlah mereka bahagia. Mereka akan selalu sempurna karena dapat saling membantu, mengisi, dan menyayangi.
No comments:
Post a Comment