Ada
saat dimana kita berada disatu titik yg tak bergerak dan semua terlihat hitam
putih. Mungkin, saat ini rasanya aku ingin berjalan menyusuri garis pantai
biru, merasakan tiap butir pasir putih yang terselip disela jemari kaki. Sesekali,
ku lengkungkan senyum pada langit sore yang menghadiahkan senja keemasan. Serta
kepada waktu yang mengajariku menunggu, tertegun atas tiap detik yang merangkak
pelan pada jam yang ku kenakan di tangan kiri. Selalu saja penuh rahasia. Kau,
aku, adalah jiwa-jiwa yang menari dulunya, berpijak dari satu titik ke titik
lainnya. Aku meluruhkan air mata ketika membaca blog seorang yang tak dikenal 3
tahun lalu. Larut dalam emosi dan kau menyuruhku tidur. Semua hanya masalah
waktu. Kau, aku jiwa-jiwa yang merencanakan segalanya detail. Sebuah komitmen
kita anggap gampang. Kini aku tertawa melihat buku harian yang pada masanya
sangat berjaya.
Kita,
adalah orang yang berbeda di paragraph pertama. Ketika deru nafas mulai
mengembang-kempiskan dada, yang senantiasa membuat kita tetap hidup, dan pada malam
yang mencumbu hujan, yang berlalari membasuh wajah, turun seketika, menyelinap
masuk diserap bumi, hingga tanah pun menghembuskan aroma kehidupan. Sebelumnya kita
sama-sama tidak terbiasa dengan hujan, tapi malam itu, sahabat ku dan aku,
adalah jiwa-jiwa yang menari, berpijak dari satu titik ke titik lainnya. Merasakan
sepi yang sebelumnya tidak sederhana. Alam seakan mengerti kalau tempat ini
tempat kita.