Gak sengaja nemuin tulisan gw yang ini, kok keren sih? Haha. Monggo di baca tulisan gw waktu SMP, lalalala~
***
Dan selesailah aktingnya, yeah,
akting—Rachael harus berpura-pura bahwa ia menyukai saudara tirinya yang baru
saja datang satu bulan yang lalu itu, karena apabila dia sedikit saja berkata
hal-hal yang buruk mengenai Ann, maka orangtuanya akan selalu memarahinya, dan
Ann itu tukang pengadu, jadi.. kau tahulah. Kali ini wajahnya dihiasi oleh
cengiran puas, tangannya segera menyeret kursi bekas Ann duduk, lalu meletakkan
kaki-kaki rampingnya di atas kursi tersebut sambil menyeruput teh earl grey
miliknya.
“Bonjour.”
Hng—peri? Dan peri itu membawa
surat, katanya sih dari Beauxbatons—wah, tempat ibunya dulu bersekolah ya?
“Permen. Cokelat. Manisan. Lolipop. Gula. Mana?”
Tangannya segera merogoh saku bajunya dan mengeluarkan beberapa butir permen
mint yang memang selalu dibawa olehnya. Semoga saja peri itu menyukai mint.
Rachael segera menyerahkan permen mintnya kepada peri tadi, lalu membaca surat
yang dibawa oleh peri tersebut dengan teliti.
...
Intinya dia masuk Beauxbatons, rite? Bagus, dia
bisa jauh-jauh dari Ann.
Gadis kecil tersebut memandang ke luar melalui kaca jendela
kamarnya yang mulai berembun. Di luar, langit sedang bersedih dan meneteskan
air matanya. Namun sebaliknya, sang gadis merasa senang memandangi tangisan
sang langit. Ia sangat menyukai butir-butir air yang menetes, mengikuti hukum
gravitasi dan jatuh ke tanah, sebelum akhirnya mengalir menuju laut dan
mengulangi proses yang sama. Singkatnya ia sangat menyukai hujan.
Jarang seorang Faith mendapatkan kesempatan untuk duduk sejenak dan
memperhatikan aliran air pada kaca jendelanya, semenjak adanya Dave, adik
laki-lakinya. Kini sang adik sedang tertidur di ruang sebelah dan tentu ia tak
mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Memandangi tangisan sang langit.
“Bonjour.”
Melirikkan iris abu-abu pada sumber suara, Fay menemukan makhluk kecil
berbentuk seperti peri yang terbang di dalam kamarnya. Entah darimana atau
bagaimana makhluk mini tersebut dapat masuk ke kamarnya yang tertutup, ia tak
mau ambil pusing. Yang lebih penting kenapa peri tanpa ekspresi tersebut ada di
kamarnya saat ini.
“Surat untuk Anda dari Beauxbatons Academy of
Magic.”
Beauxbatons?
Mengangkat alisnya dengan heran, gadis kecil tersebut menerima surat yang
disodorkan kepadanya tersebut. Surat dari Beauxbatons. Tentu saja, ayah dan
ibunya pernah memberitahunya bila suatu saat nanti ia pasti akan menghadiri
Beauxbatons, tempat di mana ayah dan ibunya bertemu. Meski ia bukanlah
seseorang yang asing dengan berbagai sihir, tetap saja Fay harus menghadiri sekolah,
layaknya seorang murid menghadiri sekolah dasarnya. Begitu?
“Permen. Cokelat. Manisan. Lolipop. Gula. Mana?”
Untuk yang kedua kalinya, sang gadis mengangkat alisnya dengan heran. Peri
kecil ini meminta bayaran atas jasanya sebagai tukang pos? Sambil tersenyum
simpul, gadis berambut pirang panjang tersebut mengambil coklat yang kebetulan
ada di atas meja belajarnya dan menyodorkannya pada sang peri. Dan secepat peri
tersebut datang, secepat itu pula ia pergi setelah menerima coklat dan
membungkuk.
Tertawa pelan, gadis itu kemudian meletakkan suratnya secara sembarangan di
atas tempat tidurnya. Iris abu-abu kembali menangkap butiran-butiran bening
yang turun dari langit, sementara tangan menopang wajahnya. Tangannya yang lain
meraih sebuah pensil dan kertas, kemudian mulai menorehkan huruf-huruf dalam
kertas tersebut, sembari sesekali menatap ke luar kaca jendela. Untuk surat,
menyusul kemudian.